Tentang Terumbu Karang
Kita bahas
tentang kerusakan terumbu karang,
setelah saya membaca dari beberapa referensi
ternyata kerusakan terumbu karang sangat berkaitan dengan kapal, terutama kapal
yang terbuat dari logam. why???
ya tentu saja berkaitan karena menurut referensi
disekitaran wilayah laut yang ada Terumbu karang (coral
reefs) merupakan ekosistem laut tropis yang terdapat di perairan dangkal yang
jernih, hangat (lebih dari 22oC), memiliki kadar CaCO3 (Kalsium Karbonat)
tinggi, dan komunitasnya didominasi berbagai jenis hewan karang keras. Kalsium
Karbonat ini berupa endapan masif yang dihasilkan oleh organisme karang (filum
Scnedaria, klas Anthozoa, ordo Madreporaria Scleractinia), alga berkapur, dan
organisme lain yang mengeluarkan CaCO3 (Guilcher, 1988).
apakah anda
tau???? apa hubungan antara kalsium karbonat (CaCO3) dan kapal baja atau logam.
kalsium karbonat (CaCO3)merupakan inhibitor korosi atau secara singkat
kandungan kalsium karbonat (CaCO3) dalam air laut dapat menghambat laju
penyerangan korosi terhadap badan kapal.
salah satu contoh
manfaat air laut untuk kapal yaitu sebagai ballast kapal, nah klo air laut
ballast kapal banyak mengandung kalsium karbonat(CaCO3) kan setidaknya kita
dapat satu keringanan dalam menghambat laju korosi pada SISTEM
INSTALASI BALLAST KAPAL
Nah sekarang sudah jelas hubungan antara kerusakan terumbu karang dan
kapal bukan, saatnya kita bahas tentang kerusakan terumbu karang.
Terumbu karang merupakan rumah bagi ribuan hewan
dan tumbuhan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, berbagai jenis hewan laut
mencari makan dan berlindung di ekosistem tersebut. Pada kondisi yang sangat
maksimal, terumbu karang menyediakan ikan-ikan dan molusca hingga mencapai
jumlah sekitar 10 – 30 ton/km2 per tahunnya (Hanggono, A., Bambang K., Suhud,
Rasjid A., dan Murad S, 2001). Ekosistem ini merupakan sumber plasma nuftah
bagi makhluk hidup baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
Selain itu, terumbu karang merupakan laboratorium alam yang sangat unik untuk
berbagai penelitian yang dapat mengungkapkan penemuan yang sangat berguna bagi
kehidupan manusia. Keindahannya dapat menjadi sumber devisa pariwisata bagi
pemerintah setempat, sehingga dapat menambah penghasilan manusia, terutama bagi
masyarakat pesisir.
Terumbu karang (coral reefs) merupakan ekosistem laut tropis yang terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat (lebih dari 22oC), memiliki kadar CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan komunitasnya didominasi berbagai jenis hewan karang keras. Kalsium Karbonat ini berupa endapan masif yang dihasilkan oleh organisme karang (filum Scnedaria, klas Anthozoa, ordo Madreporaria Scleractinia), alga berkapur, dan organisme lain yangmengeluarkanCaCO3(Guilcher,1988).
Di dunia terdapat dua kelompok karang yaitu karang hermatifik dan karang ahermatifik. Perbedaannya terletak pada kemampuan karang hermatifik dalam menghasilkan terumbu. Kemampuan ini disebabkan adanya sel-sel tumbuhan yang bersimbiosis dalam jaringan karang hermatifik. Sel tumbuhan ini dinamakan zooxanthellae. Karang hermatifik hanya ditemukan di daerah tropis, sedangkan karang ahermatifik tersebar di seluruh dunia (Guilcher, 1988). Dengan kata lain Indonesia yang terletak di daerah tropis memiliki kedua jenis kelompok ini. Komunitas terumbu karang di Indonesia tercatat seluas lebih dari 20.000km2.
Terumbu karang (coral reefs) merupakan ekosistem laut tropis yang terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat (lebih dari 22oC), memiliki kadar CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan komunitasnya didominasi berbagai jenis hewan karang keras. Kalsium Karbonat ini berupa endapan masif yang dihasilkan oleh organisme karang (filum Scnedaria, klas Anthozoa, ordo Madreporaria Scleractinia), alga berkapur, dan organisme lain yangmengeluarkanCaCO3(Guilcher,1988).
Di dunia terdapat dua kelompok karang yaitu karang hermatifik dan karang ahermatifik. Perbedaannya terletak pada kemampuan karang hermatifik dalam menghasilkan terumbu. Kemampuan ini disebabkan adanya sel-sel tumbuhan yang bersimbiosis dalam jaringan karang hermatifik. Sel tumbuhan ini dinamakan zooxanthellae. Karang hermatifik hanya ditemukan di daerah tropis, sedangkan karang ahermatifik tersebar di seluruh dunia (Guilcher, 1988). Dengan kata lain Indonesia yang terletak di daerah tropis memiliki kedua jenis kelompok ini. Komunitas terumbu karang di Indonesia tercatat seluas lebih dari 20.000km2.
yang meliputi karang hidup, karang mati, lamun, dan
pasir (COREMAP, 2002).
Arah perkembangan terumbu organik dikontrol oleh keseimbangan ketiga faktor yaitu hidrologis, batimetris, dan biologis. Jika ketiga faktor seimbang, terumbu berkembang secara radial dan akan terbentuk terumbu paparan dan apabila pertumbuhan ini berlanjut akan terbentuk terumbu pelataran bergoba. Namun jika perkembangan radial dibatasi oleh kondisi batimetri akan terbentuk terumbu paparan lonjong. Terumbu yang terakhir ini tidak membentuk lagun yang benar dan depresi menyudut merupakan penyebaran pasir. Sedangkan terumbu paparan dinding terbentuk pada kondisi batimetris dan hidrologis tidak simetris, di mana perkembangan terumbu terbatas pada satu atau dua arah. Kondisi ini akan menghasilkan perkembangan terumbu secara linier, dan membentuk terumbu dinding berupa terumbu dinding tanduk dan terumbu dinding garpu. Terbentuknya terumbu dinding garpu ini menunjukkan adanya arus pasang surut yang kuat. (Zuidam,1985).
Terumbu karang dapat berkembang dan membentuk suatu pulau kecil. Dari lima jenis pulau yaitu Pulau Benua (Continental Islands), Pulau Vulkanik (Volcanic Islands), Pulau Daratan Rendah (Low Islands) , Pulau Karang Timbul (Raised Coral Islands), dan Pulau Atol (Atolls), dua yang terakhir terbentuk dari terumbu karang.
Arah perkembangan terumbu organik dikontrol oleh keseimbangan ketiga faktor yaitu hidrologis, batimetris, dan biologis. Jika ketiga faktor seimbang, terumbu berkembang secara radial dan akan terbentuk terumbu paparan dan apabila pertumbuhan ini berlanjut akan terbentuk terumbu pelataran bergoba. Namun jika perkembangan radial dibatasi oleh kondisi batimetri akan terbentuk terumbu paparan lonjong. Terumbu yang terakhir ini tidak membentuk lagun yang benar dan depresi menyudut merupakan penyebaran pasir. Sedangkan terumbu paparan dinding terbentuk pada kondisi batimetris dan hidrologis tidak simetris, di mana perkembangan terumbu terbatas pada satu atau dua arah. Kondisi ini akan menghasilkan perkembangan terumbu secara linier, dan membentuk terumbu dinding berupa terumbu dinding tanduk dan terumbu dinding garpu. Terbentuknya terumbu dinding garpu ini menunjukkan adanya arus pasang surut yang kuat. (Zuidam,1985).
Terumbu karang dapat berkembang dan membentuk suatu pulau kecil. Dari lima jenis pulau yaitu Pulau Benua (Continental Islands), Pulau Vulkanik (Volcanic Islands), Pulau Daratan Rendah (Low Islands) , Pulau Karang Timbul (Raised Coral Islands), dan Pulau Atol (Atolls), dua yang terakhir terbentuk dari terumbu karang.
Di sisi lain, dari sepuluh jenis bentuk lahan
(Zuidam, 1985), terumbu karang adalah salah satunya. Bentuk lahan (landforms) ini adalah bentuk lahan organik yaitu berupa binatang.
Bentuk lain yang berhubungan dengan terumbu karang adalah bentuk lahan karst,
yaitu terbentuk melalui proses karstifikasi pada batuan kalsium karbonat. Namun
bentuk lahan karst ini terbentuk secara alami melalui proses eksogenik dan
endogenik dan erlangsung pada skala besar (Thornbury, 1954). Sedangkan terumbu
karang terbentuk secara organik dan relatif perlahan sehingga lebih
dimungkinkan adanya campur tangan manusia dalam pertumbuhannya. Hasil
identifikasi bentuk lahan mencerminkan karakteristik fisik lahan dan untuk
mendapatkannya dengan melalui analisis geomorfologis. Geomorfologi adalah studi
yang mendeskripsi bentuklahan dan proses-proses yang menghasilkan bentuk lahan
serta menyelidiki hubungan timbal-balik antara bentuk lahan dan proses-proses tersebut
dalam
susunan keruangan (Zuidam, 1985).
Komentar
Posting Komentar